Keheningan dalam judul ini bukan berarti suasana hening karena tidak ada gaduh atau suara lain yang mengganggu seperti suara bising kendaraan, suara mesin yang sedang beroperasi, dan sebagainya. Maksud dari keheningan dalam judul artikel ini adalah keheningan karena kita tidak berbicara atau mengucapkan sesuatu. Tidak berbicara atau tidak mengucapkan sesuatu bukan berarti bahwa kita ini bisu, hanya saja kita sedang menjaga lisan kita dari kesia-siaan.
Kenapa harus gambar seorang cewek muslimah? Jawabannya adalah karena makna dari gambar tersebut mewakili isi dari artikel ini. Untuk apa saya menggunakan gambar yang tidak mewakili isi dari artikel ini, kan tidak cocok. Kalau saudara-saudara menemukan cover yang tidak sesuai dengan isinya dalam blog saya, silakan beritai beritahu saya secepatnya!
Keheningan dalam judul ini bukan berarti suasana hening karena tidak ada gaduh atau suara lain yang mengganggu seperti suara bising kendaraan, suara mesin yang sedang beroperasi, dan sebagainya. Maksud dari keheningan dalam judul artikel ini adalah keheningan karena kita tidak berbicara atau mengucapkan sesuatu. Tidak berbicara atau tidak mengucapkan sesuatu bukan berarti bahwa kita ini bisu, hanya saja kita sedang menjaga lisan kita dari kesia-siaan.
Note: Saya mungkin memilih judul yang kurang tepat untuk artikel ini karena kesulitan mencari judul yang sesuai. Ada beberapa pilihan judul pada awalnya: Kata Bijak tentang Diam dalam Agama-agama, Diam dalam Agama-agama, dan lain-lain. Harap dimaklum! Kalau kawan-kawan punya pilihan judul yang lebih baik, silakan beritahu saya di komentar. ^^
Ada beberapa agama-agama yang membahas tentang keheningan dalam Kitab Suci mereka. Tentu saja al-Qur'an juga membahasnya. Namun, saya tidak membahas semua Kitab Suci agama-agama yang ada di dunia mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan saya. Ada banyak agama, Kitab Suci, dan masing-masing Kitab Suci menggunakan bahasanya masing-masing. Jika saya bisa mempelajari semuanya, subhanallah sekali. :)
Saya akan mulai dengan sebuah hadits, dikatakan:
عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : من كان يؤمن بالله واليوم الاخر فليقل خيراً أو ليصمت , ومن كان يوم بالله واليوم الاخر فليكرم جاره , ومن كان يؤمن بالله واليوم الاخر فليكرم ضيفه
Yang digarisbawahi di sini adalah pernyataan awal dari hadits di atas, yaitu: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam."Dari Abu Hurairah RA., sesungguhnya Rasulullah SAW. telah bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam; Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangga dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya.” (Bukhari No. 6018, Muslim No. 47)
Saat kita bersosialisasi baik di dunia nyata maupun dunia maya, terlebih di dunia demokrasi, kita memiliki kebebasan berpendapat atau berbicara. Kita bisa menggunakan kata-kata halus, sindiran halus, atau kata-kata kasar untuk mengungkapkan perasaan atau pendapat kita. Dalam beberapa agama dan mungkin semua agama mengatur masalah berkomunikasi atau berbicara.
Dalam hadits di atas, Allah dan Rasul-Nya tidak menyangsikan kemampuan kita untuk berbicara. Kita memiliki lidah dan mulut sendiri dan kita sendiri yang mengaturnya. Rasulullah mengajarkan kepada umatnya untuk mengatakan yang baik-baik; jika tidak bisa mengatakan yang baik, maka lebih baik bagi mereka untuk diam.
Konfusius berkata,
Mengatakan kata-kata buruk secara terus menerus akan membuatnya menjadi sebuah kebiasaan. Oleh karena itu, hadits di atas lebih mengutamakan untuk diam daripada mengatakan hal-hal buruk. Konfusius menambahkan,Keheningan adalah sahabat sejati yang tidak akan pernah mengkhianati
Jadi, seseorang yang terbiasa menggunakan "bahasa kasar" atau kata-kata yang buruk akan kesulitan sendiri untuk menggunakan kata-kata yang baik karena sudah terbiasa dengan kata-kata yang buruk. Kebiasaan ini di masa setelah anak-anak akan sulit untuk diubah.Dia yang berbicara tanpa kesopanan akan sulit membuat kata-kata yang baik
Dalam kitab dasar akhlak anak-anak, Akhlaqul Banin Jilid Pertama, dikatakan,
Masih dalam kitab yang sama dengan judul "seorang anak yang jelek" dikatakan,I - Wajib atas seorang anak untuk untuk berakhlak yang baik dari kecilnya agar kehidupannya dicintai ketika dewasa; Tuhannya akan ridho kepadanya dan keluarganya akan senantiasa mencintainya dan seluruh manusia (Bab I: Dengan apa seorang anak beradab?)
Ada beberapa poin yang berhubungan dengan artikel ini seperti: suka memaki, berkata yang tercela, dan mengolok-olok orang lain.Seorang anak yang jelek adalah ia yang tidak beradab kepada kedua orang tuanya dan para gurunya, ia tidak menghormati orang yang lebih tua darinya, ia tidak menyayangi orang yang lebih muda darinya, ia selalu berbohong apabila berkata, mengangkat suaranya ketika tertawa, suka memaki, berkata yang tercela, bertengkar dan mengolok-olok orang lain, menyombongkan diri, tidak tahu malu jika berbuat tercela, dan ia tidak suka mendengarkan nasihat
Kebiasaan buruk menggunakan kata-kata buruk dari semenjak kecil akan membuatnya menjadi sebuah kebiasaan dan itu adalah kebiasaan buruk. Dalam kitab dan bab yang sama diceritakan,
Jadi, mengubah kebiasaan buruk ketika dewasa itu sulit seperti sebuah pohon yang sudah besar dan memiliki ranting-ranting yang sudah kuat. Kita sudah kesulitan untuk membentuknya. Namun, membentuknya ketika masih kecil adalah hal mungkin untuk membentuk pohon tersebut. Tahukah kalian pohon bonsai? Apakah tidak bisa mengubah akhlak menjadi akhlak baik? Tentu saja bisa, tapi akan dibahas dalam artikel lainnya. ^^Ahmad adalah seorang anak kecil, akan tetapi ia beradab. Oleh karena itu, ayahnya mencintainya. Ia juga suka bertanya mengenai segala sesuatu yang tidak ia mengerti.
Pada suatu hari, ia berjalan bersama dengan ayahnya ke kebun. Ia melihat pohon yang indah tetapi bengkok.
Ahmad bertanya kepada ayahnya, "Betapa indahnya pohon ini! Tapi mengapa ia bengkok, Ayah?"
Ayahnya menjawab, "Karena tukang kebun tidak memperhatikan serta tidak meluruskannya saat pohon itu kecil. Maka jadilah bengkok."
Ahmad berkata, "Lebih baik kita meluruskannya saja sekarang."
Si Ayah tertawa dan berkata, "Tidak mudah melakukan itu, anakku, karena ia sudah tumbuh besar dan ranting-rantingnya pun tebal.
Beginilah seorang anak yang tidak beradab dari kecilnya. Tidak mungkin ia beradab pada waktu ia telah besar.
Dalam Injil dikatakan,
Menurut Injil, seseorang yang "lebar bibir"-nya akan ditimpa kebinasaan. Kebinasaan ini bisa dalam berbagai bentuk yang merugikannya.Siapa menjaga mulutnya, memelihara nyawanya. Siapa yang lebar bibir, akan ditimpa kebinasaan (Amsal 13:3)
Terlepas dari agama-agama, saya teringat dengan kata bijak dari Cak Lontong atau Lies Hartono yang mengatakan,Lidah orang bijak mengeluarkan pengetahuan, tetapi mulut orang bebal mencurahkan kebodohan (Amsal 15:2)
Jika dalam hadits dikatakan bahwa lebih baik untuk diam daripada berkata yang tidak baik, maka dalam Injil dikatakan bahwa orang yang memilih diam adalah sikap yang berakal budi atau bijaksana.Lebih baik diam dan kelihatan bodoh daripada banyak bicara dan bodohnya lebih kelihatan
Memiliki bibir atau hak untuk berbicara memang hak asasi manusia yang memang memiliki alat biologisnya sendiri. Tetapi orang-orang bijak di dunia ini menyarankan untuk menjaga lidahnya atau menyarankan untuk diam daripada berkata yang buruk, sia-sia, ungkapan kebodohan, dan lain-lain.Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran; tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi (Amsal 10:19)
Ayat ini berkenaan juga dengan ketentuan Allah bahwa segala sesuatu di dunia ini telah ditentukan oleh Allah.Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara (Pengkhotbah 3:1, 7)
Jadi, pergunakanlah lidah untuk mengatakan sesuatu yang baik atau jika tidak bisa berkata yang baik maka diam adalah jawabannya. Diam bukan berarti kita tidak bisa berbicara, hanya saja, diam adalah sikap bijaksana yang dapat menghindarkan segala kemungkinan terburuk dari bahaya lisan. Yuk, mulai sekarang gunakanlah kata-kata yang baik dan positif kepada orang-orang dan didiklah mereka yang masih menggunakan kata-kata yang buruk untuk menggunakan kata-kata yang baik dan positif. :D
Wallahu a'lam bishshowwaab
COMMENTS