Vonis terhadap Ahok dan Cerita Yesus

Tuduhan terhadap Ahok dan vonis yang dijatuhkan kepadanya sesuai dengan dugaan saya dulu ketika melihat ada kemiripan kisah antara Penyaliban Yesus dengan kasus Ahok ini. Apa saja kemiripannya setelah Ahok dijatuhi hukuman dua tahun penjara?

Beberapa bulan yang lalu, tidak lama setelah demo berjilid-jilid muncul untuk menuntut Ahok agar dicopot jabatannya sebagai Gubernur dan dipenjarakan, saya membuat sebuah artikel dengan tema yang sama: Ahok dan Yesus Kristus.

(Lihat di sini: Aksi 4 November 2016 dan Kisah Penyaliban Yesus)

Saya melihat ada kemiripan kisah antara peristiwa penyaliban Yesus dengan Ahok ini. Namun perlu ketahui bahwa kemiripan ini tidak bersifat tekstualis sehingga kaum tekstualis mohon untuk memahaminya dengan cara lain agar tidak salah jalan.

Kembali ke laptop!

Saya sudah menduga bahwa Ahok tidak dapat lepas dari jeratan hukum dan akan diketok palu. Kisah penyaliban Yesus benar-benar sedikit banyak menempel pada dirinya. Ketika Pilatus memberikan pilihan di hadapan orang-orang Yahudi (jemaat dan para petingginya), apakah orang-orang Yahudi akan membebaskan Barabas atau Yesus, orang-orang Yahudi memilih untuk membebaskan Barabas dibandingkan Yesus karena memang sasaran tembak Imam Yahudi dan orang-orang Farisi adalah Yesus sekalipun mereka sadar keburukan Barabas (Mat 27:15-26).

Apakah Yesus lepas dari kedengkian Imam-imam Yahudi? Jawabannya tidak. Mereka tetap ingin menyalibkan Yesus dan menghasut orang-orang Yahudi agar satu suara. Bahkan mereka menghasut Pilatus dengan sebuah cerita rekayasa agar Yesus tidak lepas dari jeratan hukuman mati. 

Apa saja tuduhan yang dilancarkan oleh Imam-imam Yahudi? Yesus dituduh menghasut rakyat untuk memberontak, melarang orang banyak untuk membayar pajak dan mengaku sebagai raja. Tuduhan di depan Pilatus ini berbeda dengan tuduhan yang diucapkan saat Yesus berada di Mahkamah Agama atau Sanhedrin. Bahkan mereka melanggar hukum Yahudi untuk tidak mengadakan pengadilan selama waktu perayaan. Kedengkian mereka terhadap Yesus begitu besar sehingga momem ini adalah momen yang tepat untuk melenyapkan Yesus dari tengah-tengah orang Yahudi.

Pilatus tidak dapat menenangkan situasi. Akhirnya, Ia menjatuhkan hukuman terhadap Yesus karena para hadirin yang diisi oleh orang-orang Yahudi berteriak agar Yesus disalibkan. Jadilah demikian! Yesus memasuki prosesi penyaliban.

Setelah Yesus disalibkan dan meninggal dalam waktu tiga jam saja, Ia kemudian dibangkitkan dari tengah-tengah orang mati dan menampakkan diri selama empat puluh hari sebelum akhirnya Ia diangkat ke Surga dan duduk di sebelah kanan Sang Bapa.

Bagaimana dengan Ahok?

Seperti halnya Yesus, orang-orang agama itu tidak akan melepaskan Ahok begitu saja. Momentum Ahok ketika berbicara di Kepulauan Seribu dan memasuki persidangan harus dimanfaatkan sebaik mungkin agar Ahok tidak lepas dari jeratan hukum dan dipenjara, sama halnya seperti Yesus. Salah satunya adalah pernyataan Yesus mengenai kebolehan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak. Beberapa orang berusaha 'menjerat Dia dengan suatu pertanyaan' (Mar 12:13). Lukas menuliskannya dengan lebih rinci mengenai ini. Begitu pula dengan Ahok, pernyataan Ahok di Kepulauan Seribu digunakan untuk menjeratnya dari UU Penodaan Agama.

Ahok mengikuti persidangan dengan baik pun dengan Yesus. Bedanya, Ahok melakukan pembelaan saat persidangan sementara Yesus tidak melakukan pembelaan sedikitpun (Luk 23:9). Terlepas dari itu, tuduhan-tuduhan yang dilancarkan orang banyak itu berhasil dan membuat Ahok divonis dua tahun penjara oleh Majelis Hakim. Apalagi Yesus yang tidak melakukan pembelaan, sudah pasti terkena hukuman.

Orang-orang Yahudi menjatuhi hukuman mati terhadap Yesus, mengapa orang-orang agama itu tidak menjatuhi hukuman yang sama? Tentu saja ada aturannya. Melakukan penodaan terhadap agama di Indonesia tidak dapat dijatuhi hukuman mati. Tetapi, ketahuilah bahwa mereka dari agama itu berteriak untuk memenggal kepala Ahok dan membandingkannya dengan beberapa negara agama itu yang menjatuhkan hukuman terhadap orang yang melakukan "penistaan agama." Saya rasa kawan-kawan pernah melihat sebuah gambar dengan kepala Ahok yang diinjak atau kawan-kawan dapat mencari video yang berisi konten "penggal kepala Ahok" dari umat agama itu.

Setelah Ahok dipenjara, apa yang akan terjadi?

Saya tidak tahu pastinya karena bukan tukang ramal. Tetapi yang pasti, kebangkitan Yesus di antara orang mati adalah sebuah kemenangan: kemenangan atas dosa, kemenangan atas maut, kemenangan atas kuasa setan dan kemenangan atas pergumulan hidup (GBI).

Mengapa dituliskan "agama itu" dan bukan menyebutkan nama agamanya?

Saya tidak berpendapat bahwa agama itu melahirkan orang-orang seperti itu. Tetapi orang-orang seperti itu berasal dari agama itu. Pengulangan ini tidak bermaksud menghina, memojokkan, menyudutkan atau mencela agama itu. Tetapi karena kasusnya berhubungan dengan penodaan agama maka tidak dapat dilepaskan dari agama terkait yang merasa dinodai, yaitu agama itu.

Apa perbedaan Yesus dengan Ahok?

Tentu saja banyak. Lebih banyak perbedaannya daripada persamaannya. Yang saya lakukan ini adalah cocokologi rendahan saja. Tidak ada maksud buruk di baliknya. Tetapi kadang-kadang tidak semua orang berhati baik.

Berikut kemiripannya:

1. Yesus sering menyinggung Imam-imam Yahudi, sementara Ahok menyinggung politisi agama itu
2. Ucapan Yesus dijadikan tuduhan untuk menyalibkan-Nya, sementara ucapan Ahok dijadikan tuduhan untuk memenjarakannya
3. Yesus tidak dapat keluar dari tuduhan orang-orang Yahudi, sementara Ahok juga tidak dapat lepas dari tuduhan orang-orang agama itu
4. Yesus dijatuhi hukuman, sementara Ahok dijatuhi hukuman juga

Perbedaannya:

1. Yesus hidup di abad kesatu, sementara Ahok hidup di abad kedua puluh satu
2. Yesus tidak melakukan pembelaan di hadapan Pilatus, sementara Ahok melakukan pembelaan di hadapan Majelis Hakim
3. Yesus dijatuhi hukuman mati, sementara Ahok dijatuhi hukuman penjara