Seleksi wawancara beasiswa LPDP dapat dikatakan sebagai seleksi inti yang menentukan lolos atau tidaknya kita mendapatkan beasiswa ini. Pastikan kawan-kawan menjawabnya dengan baik!
Well, perlu diinformasikan bahwa setiap orang yang mengikuti seleksi wawancara beasiswa LPDP PASTI mendapatkan pertanyaan yang berbeda-beda. Namun, mengenai apa saja yang dibahas dalam seleksi wawancara tersebut, kemungkinan besar sama. Jadi, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada saya mungkin berbeda dengan kawan-kawan lain yang sama-sama mengikuti seleksi wawancara beasiswa LPDP ini.
Dengan informasi di atas, diharapkan kawan-kawan tidak berfokus pada pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada saya saja. Sebelum seleksi wawancara ini dimulai, saya mendapatkan dua lembar pertanyaan apa saja yang akan muncul nanti saat seleksi wawancara dari teman seperjuangan saya. Pertanyaannya lumayan banyak dan saya tidak sempat mempersiapkan jawaban untuk semua pertanyaan tersebut.
Sebelum memasuki ruang wawancara
Sebelum memasuki ruang wawancara, saya terhambat dulu masalah persyaratan yang dianggap tidak sesuai, seperti Surat Pernyataan. Saya menggunakan Surat Pernyataan untuk reguler, sementara saya mendaftar jalur afirmasi. Masalah kedua adalah rekening listrik yang ternyata tidak ada dalam map saya padahal jelas jauh-jauh hari sudah saya masukkan di dalam map itu. Akhirnya, saya meminta ijin kepada panitia seleksi berkas untuk mencetak kedua persyaratan tersebut dan menyerahkannya sebelum jadwal seleksi wawancara. Panitia dengan baik hati membolehkannya. Sungguh mereka baik hati sekali. :'(
Untuk masalah ini, saya sudah curhat di artikel dengan tema Verifikasi Berkas.
Setelah berkas lengkap
Setelah berkas lengkap, saya menunggu nama saya dipanggil oleh si teteh-teteh suara Google Translate. Hahaha... Dengan bersimbah keringat, antara keringat capek dan keringat panasnya mentari, saya ngos-ngosan duduk di samping teman seperjuangan saya yang waktu itu sama-sama jadwal seleksi wawancara.
Beberapa waktu kemudian, nama saya dipanggil: "Anan Bahrul Khoir di meja dua."
Dengan jantung dag-dig-dug dan semriwing bau keringat, saya melangkahkan kaki. Ruangan wawancara berada di sebuah auditorium sebelah ruang tunggu. Saya kemudian menghampiri meja di mulut ruangan seleksi wawancara untuk memastikan nama saya memang benar-benar dipanggil untuk seleksi wawancara dan panitia di sana mengiyakannya.
Luar biasa, ternyata antriannya banyak juga. Hahaha... Para kandidat duduk berbaris menunggu panggilan seperti di rumah sakit yang hendak menunggu obat. Hahaha... Untungnya, saya duduk di paling ujung, bersebelahan dengan teman seperjuangan saya sehingga bisa berbasa-basi dulu sebelum memasuki ruangan wawancara.
Beberapa kemudian, teman saya dipanggil masuk. Sekitar sepuluh menit kemudian, nama saya dipanggil untuk segera memasuki ruang wawancara. Panitia memastikan saya dan mempersilakan masuk. Saat memasuki ruang wawancara, ada panitia lain yang bertugas mengecek kelengkapan LOA.
A: Sudah dapat LoA?
B: Sudah
A: LoA apa?
B: LoA Conditional.
A: Coba lihat!
A: Sudah dapat LoA?
B: Sudah
A: LoA apa?
B: LoA Conditional.
A: Coba lihat!
Kemudian saya mengeluarkan LoA Conditional saya dan menunjukkannya kepada mereka. Mereka mencoba memastikan apakah benar saya sudah mendapatkan LoA sebagaimana yang dimaksud. Setelah selesai melakukan pendataan, saya dipersilakan untuk menuju meja dua.
Saat duduk di meja dua
Ada tiga pewawancara (jika tidak salah dan mereka duduk dari kiri ke kanan) sebagai berikut:
- Psikolog (Pria)
- Staf Ahli (Pria)
- Staf dari pihak LPDP (Wanita)
Saat saya menuju meja dua, para pewawancara berdiri terlebih pewawancara psikolog yang menyalami saya pertama kali dan memperkenalkan dirinya dan pewawancara lain. Saya membalas salaman mereka dengan formal dalam artian tidak mencium tangan mereka sembari membungkukkan badan. Saya menganggukkan kepala dan mengucapkan salam.
Apa saja yang ditanyakan?
Waktu itu, saya ditanya beberapa pertanyaan. Namun, fokus utama pewawancara seputar rencana studi, latar belakang pendidikan, dan lain-lain. Berikut ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada saya:
1. Deskripsikan diri kamu!
Pertanyaan ini pasti ditanyakan dan biasanya merupakan pertanyaan pertama dan pembuka. Saran saya, siapkan jawaban untuk pertanyaan ini! Jawaban saya waktu itu kurang lebih seperti ini (pewawancara menanyakannya dalam Bahasa Indonesia kemudian menyuruh saya untuk menjawabnya dalam Bahasa Inggris):
My name is Anan Bahrul Khoir. I am 23 years old. I was interested in Religion, Christology, Biblical Studies, Conflict and Its Resolution, Peacebuilding, and Web Development. When I was in Elementary School, I read the Bible for the first time it was fascinating to me because the Bible was the second Sacred Text I read after Qoran. I had an opinion at the time that if we want to know the others we should back to their own Sources. However, lots of people didn't agree with my opinion and they call me: infidels, apostates, and so on.
Saran dari saya untuk mendeskripsikan diri sendiri adalah:Nama saya adalah Anan Bahrul Khor. Usia saya 23 tahun. Saya sangat tertarik di Agama, Kristologi, Studi Biblika, Konflik dan Resolusinya, Kedaiaman, dan Pengembangan Web. Saat saya duduk di bangku SD, saya membaca Injil untuk pertama kalinya dan benar-benar menarik bagi saya karena Injil adalah Kitab Suci keuda yang saya baca setelah al-Qur'an. Saya memiliki pendapat pada saat itu jika kita ingin mengetahui agama lain kita harus kembali kepada sumber-sumber mereka sendiri. Namun, banyak orang yang tidak setuju dengan pendapat saya dan mereka menyebut saya "kafir," "murtad," dan lain-lain.
- Deskripsikan diri Anda yang tidak dimuat dalam CV atau Curriculum Vitae!
Apa maksudnya? Maksudnya adalah usahakan untuk tidak menceritakan apa yang sudah tertulis dengan jelas dalam CV karena pewawancara juga bisa tahu tanpa harus bertanya kepada kita jika kita hanya mengulang dari yang tertulis dalam CV. - Sebutkan minat Anda!
Seperti pembahasan saya dalam artikel terdahulu (link), kawan-kawan mendaftar beasiswa ini harus tahu dan jelas dulu minatnya di mana dan apa saja. Usahakan untuk menyebutkan minat kawan-kawan sesuai dengan jurusan yang kawan-kawan pilih untuk beasiswa LPDP ini. Jangan memilih jurusan apa, minatnya di mana. Misalnya: kawan-kawan mengambil jurusan Bahasa Inggris, sementara kawan-kawan tidak menyebutkannya dalam daftar minat kawan-kawan. Kan aneh. Melanjutkan pendidikan di bidang A, tapi tidak ada minat di bidang tersebut. Tapi menurut saya hal seperti ini kemungkinan kecil tidak akan terjadi. - Latar belakang Anda yang berkaitan dengan jurusan yang dipilih
Setelah menyebutkan minat kawan-kawan, sampaikanlah latar belakang kawan-kawan yang membuat memilih jurusan yang akan kawan-kawan ambil. Di CV, kita tidak menulis mengapa kita mengambil jurusan tersebut. Nah, ini adalah kesempatan kita untuk menjelaskannya saat wawancara.
2. Mengapa memilih Groningen University?
Pertanyaan: Why do you choose Groningen University? (Mengapa kamu memilih Universitas Groningen?)
Jawaban:
Pertanyaan: Have you search other universities (with same program)? (Apakah kamu sudah mencari universitas lain [dengan program yang sama]?)I know that there are lots of good universities with same program beside at University of Groningen. But, I chose University of Groningen with some reasons: first, University of Groningen is 74th best university in the world (pewawancara bertanya untuk memastikan: berapa?); second, University of Groningen has program that fit with my interest of course so that I chose University of Groningen. (pewawancara memotong jawaban saya dan mengajukan pertanyaan lain)
Jawaban:
I definitely have done that. There are some universities which have this program such as University of Helsinki, Finland; Uppsala University, Swedish; Vrije Universiteit Amsterdam, the Netherlands; etc. However, I think that only University of Groningen that fit with my desire that is studying religion and conflict in the Globalization Era.
3. Pertanyaan seputar latar belakang pendidikan kita
Pertanyaan: What's your opinion about all religion are same? (Bagaimana pendapat kamu tentang semua agama itu sama?)
Jawaban:
I don't think that all religion are same. We have different rites, we have different prophets, we have different doctrines, and maybe we have different God. However, we are united by one word, that is religion. The illustration of what Frithjof Schuon said that all religion like a light that falls into a prism and reflected in some light: red, green, blue, yellow, etc. But, these light: red, green, blue, etc., cannot declare their selves as the right light and the other one is wrong. In conclusion, all religion are essentially same.
Saya rasa semua agama tidaklah sama. Kita memiliki ibadah yang berbeda, nabi yang berbeda, doktrin yang berbeda, dan mungkin Tuhan yang berbeda. Tapi, kita dipersatukan oleh satu kata, yaitu agama. Ilustrasi dari yang apa Frithjof Schuon katakan adalah (bahwa) semua agama ibarat sebuah cahaya yang jatuh dalam sebuah prisma dan terpancar dalam beberapa cahaya: merah, hijau, biru, kuning, dll. Namun, semua cahaya ini: merah, hijau, biru, dll, tidak dapat menyatakan dirinya sendiri sebagai cahaya yang benar dan yang lain adalah salah. Kesimpulannya, semua agama adalah sama secara esensi.
Pendapat dan kesimpulannya kok berbeda? Saya mengatakan agama itu berbeda dilihat dari kenyataan sekarang yang berbeda-beda. Sementara Schuon mengatakan bahwa secara esensi semua agama itu sama. Untuk pembahasan ini, nanti saya coba buat artikelnya.
FYI: Tiga pertanyaan di atas berasal dari satu pewawancara, yaitu pewawancara psikolog.
4. Bagaimana pluralisme di Australia?
Pertanyaan ini berasal dari pewawancara ketiga.
Pertanyaan: What's your opinion about pluralism in Australia? (Bagaimana pendapat kamu tentang pluralisme di Australia?)
Jawaban:
Australia is one of the British Commonwealth members and as we know that ex-colonialism British country accommodate their local beliefs without significant pressure such as Malaysia, India, Pakistan, etc. and I have read an article about wearing a religious dress in Australia that Moslemah can wear it without any restriction from the authority. In conclusion, pluralism in Australia is so good. I have heard also that Canada is the best pluralism country in the world and we know that Canada is member of the British Commonwealth.
Australia adalah salah satu anggota dari Persemakmuran Inggris dan seperti yang kita ketahui bahwa negara bekas kolonialisme Inggris mengakomodasi kepercayaan lokal mereka tanpa tekanan yang signifikan seperti Malaysia, India, Pakistan, dan lain-lain; dan saya pernah membaca tentang penggunaan baju keagamaan di Australia bahwa Muslimah dapat mengenakannya tanpa tekanan apapun dari pihak otoritas. Kesimpulannya, pluralisme di Australia sangat bagus. Saya pernah mendengar juga bahwa Kanada adalah negara pluralisme terbaik di dunia dan kita tahu bahwa Kanada adalah anggota dari Persemakmuran Inggris.
5. Pendapat mengenai toleransi dan intoleransi
Pertanyaan ini berasal dari pewawancara kedua.Pertanyaan: What's your opinion about tolerance and intolerance? (Bagaimana pendapat kamu tentang toleransi dan intoleransi?)
Jawaban:
(Jawabannya cukup kurang enak dibaca. Jadi, saya tidak menuliskannya di sini)
6. Radikalisme agama menurut Sarlito W. Sarwono
Pertanyaan ini berasal dari pewawancara pertama tetapi diamini oleh pewawancara lain.
Pertanyaan: Have you read a book about religious radicalism written by Sarlito W. Sarwono?
Jawaban:
Saran dari saya mengenai hal ini:Jujur saja, saya belum pernah membaca buku Beliau mengenai radikalisme agama. Tetapi saya pernah membaca buku Beliau mengenai psikologi.
- Jawablah segala pertanyaan pewawancara sesuai dengan keilmuan kita! Jika tidak tahu, katakan tidak tahu. Jika kita tahu, utarakan! Tapi tidak jarang ada yang mengarang jawaban untuk menjawab pertanyaan mereka. Saya tidak merekomendasikan untuk menjawab bebas karena ditakutkan pewawancara akan memunculkan pertanyaan selanjutnya yang membuat kita kesulitan menjawab.
- Bacalah buku yang memiliki tema berhubungan dengan bidang yang akan kita pilih! Waktu itu, dosen-dosen di jurusan saya tidak menyinggung buku atau tulisan Prof. Sarlito mengenai radikalisme agama karena saya membaca tulisan lain tentang radikalisme agama dari penulis lain.
7. Nama jurusan
Pertanyaan ini berasal dari pewawancara pertama lagi.
Pertanyaan: Mengapa nama jurusannya "Perbandingan Agama"?
Jawaban:
Jawaban:
Pertanyaan:Baik. Permasalahan ini sebenarnya sempat menjadi isu hangat di seluruh kampus Islam di Indonesia. Selama di kampus, saya mengikuti beberapa seminar yang membahas nama jurusan ini. Saya menyimpulkan bahwa para ahli di bidang ini menghormati Prof. Mukti Ali sebagai pendiri jurusan ini di Indonesia walaupun sebenarnya tidak ada masalah dengan penamaan ini.
Jawaban:Siapa?
Profesor Mukti Ali. Jadi, alasan mengapa nama jurusan saya adalah Perbandingan Agama karena pendirinya memberi nama seperti itu dan para ahli di bidang ini menghormati Beliau. Namun, beberapa tahun ke belakang ada wacana perubahan nama jurusan ini menjadi Studi Agama-agama dan kampus saya sekarang sudah mengganti nama jurusan Perbandingan Agama menjadi Studi Agama-agama.
8. Arti nama
Masih dari pewawancara pertama.
Pertanyaan: Apa arti nama kamu?
Jawaban:
Nama saya Anan Bahrul Khoir. "Anan" adalah pemberian dari ayah saya dan "Bahrul Khoir" adalah pemberian dari ibu saya. Saya tidak tahu arti dari kata "Anan." Tetapi "Bahrul" atau "Bahrun" artinya laut; "Khoir" artinya Kebaikan. Jadi, "Bahrul Khoir" adalah Lautan Kebaikan.
Saran dari saya, jangan lupa untuk menyelipkan candaan! Maksudnya bukan berarti bahwa kita harus bercanda terus. Tetapi untuk mencairkan suasana yang serius. Bayangkan saja, otot wajah kita kram saat seleksi wawancara. Begitu juga wajah para pewawancaranya yang serius!
9. Bekerja sebagai programmer, memilih jurusan agama?
Pertanyaan masih dari pewawancara pertama.
Pertanyaan: Kamu (pernah) bekerja sebagai programmer, kenapa memilih jurusan (S2) agama lagi?
Jawaban:
Saya tahu bahwa gaji programmer bisa dikatakan menjanjikan. Tetapi saya memutuskan untuk mengambil S2 di bidang yang sama karena beberapa faktor. Selain itu, saya memilih jurusan agama lagi karena saya memiliki minat di bidang tersebut. Saya membaca Injil pertama kali saat kelas 5 SD dan ini benar-benar pengalaman keagamaan yang luar biasa dalam hidup saya karena Injil adalah kitab suci kedua yang saya baca setelah al-Qur'an.
Pertanyaan:
Saya masih belum menangkap maksud Anda.
Jawaban:
Baik. Hmmm... Sebenarnya, ini semua mengenai materi. Orang tua berharap saya dapat menjadi seorang pekerja hebat dengan gaji yang "hebat" juga. Pemikiran ini adalah wajar bagi orang kampung seperti saya. Saya menunjukkan kesungguhan dengan belajar yang baik hingga akhirnya saya bisa menjadi juara dua lomba Web Design tingkat Provinsi Jawa Barat pada saat itu. Ini menunjukkan kesungguhan saya. Akhirnya, sertifikat ini yang mengantarkan saya untuk bekerja sebagai seorang programmer.
Pertanyaan (dari pewawancara ketiga):Namun, saya tertarik untuk melanjutkan studi di bidang agama karena saya pikir akan memberikan kontribusi yang besar bagi Indonesia sekarang dan nanti.
Jawaban:Mungkin bisa digabungkan antara programming dengan agama misalnya membuat aplikasi Injil atau sejenisnya
Pewawancara mengangguk-anggukan kepala sambil mengetik.Saya sudah melakukannya dan membicarakannya dengan pihak jurusan. Tetapi, pihak jurusan tidak mengakomodasi saya dalam hal ini sehingga saya menghentikannya seketika itu juga.
Sampai pada pertanyaan ini, pewawancara pertama dan ketiga sudah mengatakan cukup dan tidak ada pertanyaan lagi. Kemudian, mereka mempersilakan kepada pewawancara kedua untuk memberikan pertanyaan lain kepada saya.
10. Konflik internal agama di Indonesia
Pertanyaan ini berasal dari pewawancara pertama dan saya anggap sebagai pertanyaan terakhir atau penutup. Karena setelah pertanyaan ini, tidak ada pertanyaan lain.
Pertanyaan: Sebutkan konflik internal agama di Indonesia?
Jawaban:
Selesai.Ada beberapa konflik internal agama yang terjadi di Indonesia, seperti: konflik Sunni-Syiah, konflik jemaat Ahmadiyah, dan lain-lain.
Setelah seleksi wawancara
Saya masuk ruang seleksi wawancara sekitar pukul 16.30 WIB dan keluar pukul 16.40 WIB. Teman seperjuangan saya masuk pukul 16.20 WIB dan keluar pukul 16.45 WIB. Waktu normal seleksi biasanya sekitar 30-60 menit. Sementara saya hanya 10 menit. Bisa dibayangkan apa yang saya pikirkan setelah seleksi wawancara yang hanya 10 menit? Stress. Beberapa hari setelah seleksi wawancara, saya seperti orang stress.
Saat dua pewawancara mengatakan cukup, saya mengerutkan dahi dalam ukuran mikro dan penuh tanda tanya:
"apakah mereka tidak tertarik dengan saya?"
"Jangan-jangan mereka tidak tertarik dengan saya."
"Waduh, apa saya salah ucap, ya?"
"Apa saya salah menjawab pertanyaan?"
"Apa saya salah menjawab pertanyaan?"
"Kenapa sudah mau selesai?"
Saat semua pewawancara mengatakan cukup dan tidak ada yang ingin ditanyakan lagi. Kerutan mikro di dahi saya semakin banyak. Kami kemudian berdiri dan saya menyalami mereka satu per satu. Mereka berkata, "Semoga sukses!" Dalam hati, saya berkata, "Wah, ini tanda-tandanya..."
Kemudian saya berbalik dan memiringkan kepala penuh tanya (dengan kerut di dahi tentunya), "Sepertinya mereka tidak tertarik dengan saya." Teman seperjuangan saya masih duduk di depan pewawancara di meja 1, padahal dia lebih dulu masuk tetapi saya lebih dulu keluar. Syedih, pemirsa. :'(
Sepuluh menit kemudian, teman seperjuangan saya keluar. Saya sudah pesimis untuk lolos beasiswa ini. Pokoknya pikiran "saya sudah pasti tidak lulus karena pewawancara tidak tertarik dengan saya." Kami berdua pulang menggunakan DAMRI menuju Cibiru dan bercerita selama seleksi wawacara berlangsung saat di dalam DAMRI.
Saat tiba di kosan, saya berbicara sendiri dalam Bahasa Inggris karena ada perasaan bahwa jawaban saya saat seleksi wawancara kurang baik. Saya memperbaiki jawabannya sendiri, ngomong sendiri, ah pokoknya kayak orang stress. Saya men-support diri saya dengan berkata, "Setidaknya saya sudah memberikan yang terbaik menurut kemampuan saya. Saya serahkan kepada Tuhan mengenai hasilnya. Apapun itu, itu adalah yang terbaik bagi saya."
Saat pengumuman kelulusan keluar, ternyata... :'(
Kesimpulan
- Persiapkan materi yang akan berhubungan dengan bidang kita. Jika kita bisa menjawabnya, maka penilaian semakin bagus, menurut saya. :D Jika tidak tahu, katakan tidak tahu dengan alasan.
- Jawablah sesuai bidang keilmuan dan atau sesuai idealisme kawan-kawan. Ada dua jenis jawaban menurut saya: pertama, jawaban sesuai idealisme kita; kedua, jawaban yang ingin didengar oleh pewawancara. Sewaktu pewawancara bertanya tentang toleransi dan intoleransi, saya takut pewawancara akan tersinggung dan mencibir saya karena jawaban idealisme saya. Tetapi ternyata mereka lebih terbuka dari yang saya kira. Jika saya menjawab sesuai dengan yang ingin mereka dengar, mungkin itu akan menyakiti idealisme saya. :'( Hahaha... Lebay.
- Saat menjawab, usahakan untuk memposisikan tubuh ke semua pewawancara. Jangan terfokus pada satu pewawancara atau pewawancara penanya saja. Misalnya, yang bertanya adalah pewawancara pertama dan kita mengarahkan tubuh atau kepala kita hanya kepada pewawancara pertama saja, seolah-seolah pewawancara dua dan tiga tidak hadir di tempat. Usahakan untuk menatap ke semua pewawancara karena yang menilai jawaban kita tidak hanya pewawancara yang bertanya, tetapi juga pewawancara yang lain.
- Jangan pesimis dengan durasi seleksi wawancara LPDP! Berkaca dari kekeliruan saya. Ada dua jenis durasi seleksi wawancara LPDP: pertama, durasi wawancara yang lama bisa saja menunjukkan ketertarikan pewawancara tetapi bisa juga menunjukkan bahwa pewawancara belum puas dengan jawaban yang kita berikan; kedua, durasi wawancara yang pendek bisa saja menunjukkan bahwa pewawancara tidak tertarik dengan kita tetapi bisa juga menunjukkan bahwa pewawancara sudah cukup puas dengan jawaban yang kita berikan. Jadi, cobalah untuk menyikapi dengan baik durasi wawancara kita, ya! Jangan pesimis dulu seperti saya. Hahaha...
- Menyusul deh dan semoga sukses!
Saran saya, kawan-kawan dapat mempelajari pengalaman-pengalaman para awardee LPDP. Bukan untuk mengikuti kekeliruan, kesalahan, kecerobohan, ketidaktahuan, kekhilafan, dan lain-lainnya; tetapi untuk memperbaiki agar tidak terulang kembali kesalahan-kesalahan tersebut. Begitu kura-kura.
COMMENTS