Jika kamu sudah mengenali minat dan bakatmu, maka lanjutkanlah pendidikan yang sesuai dengan minat dan bakatmu! Jangan pindah jurusan demi gaji besar di masa depan. Fokuslah untuk kontribusi setelah menyelesaikan studi dengan Beasiswa LPDP! Indonesia menantimu.
Beasiswa LPDP memang sedang tren di tengah masyarakat Indonesia. Selain karena menjanjikan, beasiswa ini juga memikirkan jangka panjang para kandidatnya dan tidak hanya berfokus pembiayaan selama kuliah.
Bayangkan bahwa kita telah menyelesaikan S1 di sebuah universitas biasa saja. Tidak masuk peringkat 10 besar universitas di Indonesia, misalnya. Kita ingin mendapatkan beasiswa untuk S2 atau program magister baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Lantas, apa yang harus dilakukan pertama kali?
Artikel ini adalah pengalaman saya mengikuti program seleksi beasiswa LPDP Batch 4 Tahun 2016. Mungkin tidak terlalu bagus untuk menjadi sebuah inspirasi besar yang dapat menggugah semangat kawan-kawan. Tapi, sejarah mencatat bahwa perjuangan saya berbuah hasil walaupun masih setengah jalan. Saya akan memberikan tips dan trik ini dengan harapan kawan-kawan dapat mengambil hikmahnya.
Saya Ingin Mendaftar Beasiswa, Apa Yang Harus Dilakukan Pertama Kali?
Nyatanya, mendaftar beasiswa bagi mahasiswa seperti saya bukanlah perkara mudah. Memilih jurusan, memilih kampus tujuan, mengumpulkan berkas, berkonsultasi dengan dosen-dosen, dan lain-lain bisa menjadi kendala dalam mendapatkan beasiswa untuk program magister dalam hal ini.
Sebelum menentukan kampus tujuan, tahap pertama yang harus kamu lakukan adalah mengetahui terlebih dahulu bakat dan minat kamu di samping linieritas atau kesesuaian dengan jurusan dan pekerjaan yang telah atau sedang kamu geluti. Misalnya, kamu kuliah di jurusan agama tetapi bekerja sebagai akuntan di sebuah perusahaan, misalnya, karena dulu sewaktu SMK kawan-kawan mengambil jurusan akuntan dan ternyata jago. Namun Tuhan berkata lain saat kawan-kawan memasuki dunia perkuliahan dengan harus memilih jurusan agama. Kawan-kawan bisa mencoba untuk cross jurusan S2 nanti sesuai dengan pekerjaan. Namun, saran saya, pengalaman pekerjaan sebagai akuntan minimal 1 tahun agar pihak penyelenggara beasiswa percaya bahwa kita memiliki pengalaman yang cukup untuk "diperbolehkan" cross jurusan atau dengan kata lain kita memiliki pengetahuan akuntan deh.
Jika kawan-kawan tidak berniat cross jurusan, pastikan bahwa jurusan S2 nanti linier atau memiliki hubungan dengan jurusan S1 kawan-kawan. Misalnya, saya sendiri, jurusan sewaktu S1 adalah Perbandingan Agama. Kemudian mengambil jurusan Religion, Conflict, and Globalisation. Masih berada pada jalur yang sama, yaitu agama. Hanya saja, pembahasan politik di jurusan S2 nanti lebih banyak dibandingkan saat S1. Ini jika memperhatikan linearitas atau hubungan.
Jadi, kawan-kawan harus tahu terlebih dahulu bakat dan minat kawan-kawan di mana dan di apa? Jangan cross jurusan yang kawan-kawan sendiri tidak memiliki keahlian di dalamnya. Misalnya S1 jurusan agama. Karena melihat gaji sebagai seorang dokter besar, kawan-kawan mencoba apply beasiswa S2 untuk jurusan kedokteran yang kawan-kawan sendiri tidak memiliki keahlian di bidang tersebut apalagi pengalaman pekerjaan sebagai asisten dokter, misalnya, atau dengan kata lain masih freshgraduate tapi ingin cross jurusan.
Saya tidak bermaksud menekan atau membunuh semangat kawan-kawan yang ingin melanjutkan studi. Memperhatikan potensi besaran gaji yang diperoleh setelah menyelesaikan studi memang menggiurkan, hanya saja jangan lupa untuk menapak tanah saat mencoba menggenggam langit.
Saat seleksi wawancara LPDP, salah seorang pewawancara bertanya kepada saya (dalam Bahasa Inggris tentunya):
Pewawancara: "Kenapa kamu memilih melanjutkan studi lagi padahal gaji seorang programmer itu besar"
Jadi, pasal satu:Saya: "Ini semua tentang materi (uang maksudnya). Orang tua saya berharap saya bisa menjadi seorang pekerja hebat yang menghasilkan banyak uang. Saya berasal dari kampung dan pemikiran seperti ini adalah wajar di sana. Tapi, menjadi seorang programmer bukanlah impian saya. Impian saya adalah menjadi seorang ahli yang berhubungan dengan agama."
- Pilihlah jurusan S2 yang linear atau berhubungan dengan jurusan saat S1; atau
- Pilihlah jurusan S2 yang sesuai dengan bidang pekerjaan disertai pengalaman yang cukup
Bagaimana Saya Menentukan Minat dan Bakat Saya?
Menentukan minat dan bakat memang kadang sulit juga jika harus bertanya pada diri sendiri. Tapi, kadang kita tidak menyadarinya bahwa sesuatu itu adalah minat dan bakat kita. Minat biasanya berhubungan dengan kesukaan. Misalnya: saya suka pelajaran geografi, saya suka pelajaran sosiologi, saya suka agama-agama di dunia, saya suka pesawat terbang, dan sebagainya. Apapun itu, itu adalah minat kawan-kawan semua. Jika kawan-kawan berminat pada suatu hal, biasanya kawan-kawan akan mempelajarinya, mencari informasinya, dan sebagainya. Sementara kawan-kawan akan biasa saja atau bahkan mengacuhkan sesuatu yang memang tidak kawan-kawan minati.
Minat berhubungan dengan rasa suka kita terhadap aktifitas tertentu sepertinya bernyanyi, menari, berbicara, bermain gitar, melukis, menggambar, edit photo, dan sebagainya. Rasa suka ini diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari tanpa ada paksaan dari luar. Anda merasa bebas dan senang melakukannya. Itulah minat kawan-kawan.
Minat itu ibarat biji yang akan tumbuh menjadi sebuah pohon besar. Pohon yang besar tersebut adalah bakat. Seseorang bisa saja memiliki banyak bakat atau multi talenta atau bahkan hanya memiliki bakat tertentu saja yang menonjol dari diri kawan-kawan.
Saya misalnya, saat wawancara LPDP dimulai, salah seorang pewawancara mempersilakan saya untuk memperkenalkan diri saya dalam Bahasa Inggris (karena tujuan saya melanjutkan kuliah ke luar negeri):
My name is Anan Bahrul Khoir. I am 23 years old. I was interested in Religion, Christology, Biblical Studies, Conflict and Its Resolution, Peacebuilding, and Web Development. When I was in Elementary School, I read the Bible for the first time it was fascinating to me because the Bible was the second Sacred Text I read after Qoran. I had an opinion at the time that if we want to know the others we should back to their own Sources. However, lots of people didn't agree with my opinion and they call me: infidels, apostates, and so on.
Terdengar sensitif bukan? Pembahasan mengenai wawancara akan dibahas pada artikel lain. Hehehe... :pNama saya adalah Anan Bahrul Khor. Usia saya 23 tahun. Saya sangat tertarik di Agama, Kristologi, Studi Biblika, Konflik dan Resolusinya, Kedaiaman, dan Pengembangan Web. Saat saya duduk di bangku SD, saya membaca Injil untuk pertama kalinya dan benar-benar menarik bagi saya karena Injil adalah Kitab Suci keuda yang saya baca setelah al-Qur'an. Saya memiliki pendapat pada saat itu jika kita ingin mengetahui agama lain kita harus kembali kepada sumber-sumber mereka sendiri. Namun, banyak orang yang tidak setuju dengan pendapat saya dan mereka menyebut saya "kafir," "murtad," dan lain-lain.
Pada bagian "I was interested in..." itulah minat kita berada. Anda tertarik di mana dan seberapa besar minat Anda itu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Maksudnya apakah Anda mencari informasi tentang minat Anda, membaca buku tentang minat Anda, dan bidang praktis lainnya yang telah kawan-kawan lakukan. Jangan takut untuk menyampaikan ketertarikan dan minat kawan-kawan selama itu adalah hal yang positif! :)
Mengaburkan Minat Demi Gaji di Masa Depan
Apa maksudnya nih?
Saya buatkan contoh. Misalnya saya adalah mahasiswa jurusan agama. Karena melihat gaji lulusan agama tidak begitu cerah, tidak menjanjikan, dan sebagianya, maka saya mengaburkan minat dengan mengatakan saya berminat di B padahal kita tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang B. Ini mengaburkan minat demi memperoleh gaji yang besar di masa depan. Materialistis boleh, tapi usahakan jangan mengaburkan minat dengan minat lain yang kita sendiri tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentangnya!
Saran saya adalah lanjutkan pendidikanmu sesuai dengan jurusan S1 kawan-kawan atau sesuai dengan pengalaman kerja kawan-kawan! Jangan paksakan untuk pindah jurusan demi gaji besar padahal kita tidak pernah menempuh pendidikan di situ sebelumnya atau tidak memiliki pengalaman kerja yang cukup.
Saya Kuliah di A. Tapi Ingin Melanjutkan di B. Gimana dong?
Gimana dong apanya?
Saya tidak melarang kawan-kawan ingin melanjutkan di B. Kawan-kawan boleh coba kok dengan konsep kawan-kawan. Namun, hal seperti ini terlalu beresiko bagi freshgraduate seperti saya. Tapi jika kawan-kawan sudah mempersiapkan amuniasi yang very good dan berbekal semangat tinggi, gigih, jawaban kece badai yang akan membuat pewawancara terpesona, saya tidak melarangnya dan mendukung terus. Silakan saja. Hehehe...
Bagaimana dengan Pengalaman Saya Mengenai Minat Ini?
Ini pengalaman saya yang berbicara, ya. Setiap orang memiliki pengalamannya masing-masing dan pendapat yang mungkin berbeda.
Kita tidak dilarang untuk memiliki beberapa minat. Saya sendiri sewaktu mempersiapkan beasiswa LPDP ini melamar di jurusan yang berhubungan dengan Injil. Waktu itu, saya menemukan sebuah kampus bagus di luar negeri yang mempelajari tentang Injil, yaitu Birmingham University. Saya kemudian mencari daftar dosen di Birmingham melalui situsnya berikut minat kajian mereka dan akhirnya menemukan sekitar tiga dosen yang berhubungan dengan minat saya dan mereka, New Testament atau Perjanjian Baru.
Saya mengirimkan pesan elektronik kepada mereka dan kurang dari seminggu hanya ada satu orang yang membalas email saya. Isinya adalah kesediaan dosen tersebut untuk menjadi supervisor saya. Kemudian kami saling berkorespondensi untuk tetap terhubung via pesan elektronik. Jenis perkuliahan yang akan diambil di Birmingham saat itu adalah by research, bukan by coursework. Namun, karena beberapa hal, saya mencari kampus lain yang sesuai dengan minat saya di Injil hingga akhirnya ditemukanlah Groningen University, Belanda. Jadi bukan mencari kampusnya dulu, tapi menentukan minat, kemudian menentukan kampusnya menurut saya.
Di Groningen juga ada jurusan yang berhubungan dengan Injil, yaitu Ancient Scriptures and Cultures: Judaism, Christianity, and Islam. Jadi saya akan mempelajari Kitab Suci dan kebudayaan tiga agama sekaligus: Yahudi, Kristen, dan Islam. Karena "dirasa kurang memberikan kontribusi lebih" bagi Indonesia, saya mengurungkan niat untuk melanjutkan pendidikan di jurusan tentang Injil. Setelah saya cek situs kampus Groningen, ternyata memiliki jurusan yang super duper keren yang akan memberikan kontribusi bagi Indonesia selepas menyelesaikan studi, yaitu Religion, Conflict, and Globalisation. Jadi, sekalipun saya mengganti jurusan dari satu jurusan ke jurusan lain selama memiliki hubungan dengan jurusan S1 atau pengalaman kerja, maka tidak masalah.
Kesimpulan
Pasal 1
- Pilihlah jurusan S2 yang linear atau berhubungan dengan jurusan saat S1; atau
- Pilihlah jurusan S2 yang sesuai dengan bidang pekerjaan disertai pengalaman yang cukup
Pasal 2
- Jangan pindah jurusan karena urusan materi! Tuhan sudah memberikan porsi rejeki masing-masing bagi makhluknya.
Pesan terakhir: beasiswa LPDP memperhatikan linearitas pendidikan dan atau pengalaman kerja. Misalnya saya S1 Sosiologi, kemudian bekerja di sebuah stasiun televisi sebagai reporter dan beberapa tahun kemudian saya naik jabatan menjadi manager di sana, misalnya. Kemudian saya ingin melanjutkan pendidikan di bidang yang sesuai dengan pengalaman kerja saya, ini poin bagus juga menurut saya yang menjadi pertimbangan para pewawancara LPDP. Jadi, saya menekankan linearitas pendidikan dan atau pengalaman kerja untuk menentukan jurusan S2 kawan-kawan nanti.
COMMENTS