Belajar TOEFL Otodidak Demi Beasiswa LPDP: Kisah Sang Guru (Part 2)
HomeLPDPPengalaman

Belajar TOEFL Otodidak Demi Beasiswa LPDP: Kisah Sang Guru (Part 2)

Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada pengajar kursus Bahasa Inggris saat itu yang telah mengantarkan saya kepada Bahasa Inggris. Bagi sebagian orang, cerita seperti ini mungkin hanyalah cerita biasa saja. Tapi bagi saya, kenangan di balik cerita tersebut sangat berharga. Sebuah batu yang tidak memiliki kisah di baliknya bisa menjadi tidak berharga. Tetapi batu dengan sebuah kisah di belakangnya, bisa menjadi sebuah batu yang berharga.

Software untuk Persiapan Tes TOEFL
Belajar TOEFL Otodidak Demi Beasiswa LPDP: Hari-hari Tes TOEFL (Part 3)
Belajar TOEFL Otodidak Demi Beasiswa LPDP: Selayang Pandang TOEFL (Part 1)

"Hmmm, kira-kira ini sudah masuk pembahasan inti belum ya?"
"Sepertinya, belum"

Baik, kita akan masuk ke pembahasan baru. Artikel ini adalah kelanjutan dari Belajar TOEFL Otodidak Demi Beasiswa LPDP (Part 1). Jangan lupa untuk membaca artikel pertama dulu, ya. Lumayan nambah-nambah statistik ilmu. Hehehe... :p

Bahasa Inggris saya sebenarnya tidaklah bagus. Masih belepotan, ciprat sana ciprat sini. Kadang-kadang saya perlu berpikir untuk menemukan kosakata yang ingin saya gunakan. Jika saya tidak tahu Bahasa Inggris dari kata yang ingin saya katakan, saya kadang tertawa sendiri. Malu. :D

Well, saya ingin menceritakan sebuah kisah dari suatu Negeri.

Kisah ini bermula dari seorang lulusan Sastra Inggris dari sebuah Universitas di Cirebon yang pulang kampung ke sebuah desa kecil bernama Cijati. Di sana, ia membuka sebuah kursus Bahasa Inggris sederhana dengan keadaan seadanya. Ia mengajak anak-anak di sekitar rumahnya, yang pada saat itu banyak anak-anak bermain di sekitar rumahnya, untuk mengikuti kursus tersebut. Bukan praktek bisnis yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Tetapi ia mengubah anak-anak yang hanya bermain saja di sana, menjadi anak-anak yang bermain sambil belajar. 

Dengan biaya kursus Rp. 500,- per pertemuan per anak, ia membuka kursusnya. Harga yang sangat fantastis bukan? Bisa dibayangkan, sebuah kursus Bahasa Inggris diharga semahal itu pada saat itu. Mungkin jaman sekarang bisa sampai ratusan ribu atau bahkan jutaan untuk mempelajari Bahasa Inggris.

Waktu itu, ada sekitar 8 orang anak yang mengikuti kursus tersebut. Sang Guru menetapkan pertemuan kursus tersebut seminggu sekali, kadang seminggu dua kali. Tergantung kepada anak didiknya dan seberapa penting materi itu harus disampaikan. 

Seorang anak yang haus ilmu saat itu mengikuti kursus tersebut. Ia adalah siswa kelas 5 dan anak tetangga di depan rumahnya. Dengan penuh perhatian, ia mengikuti kursus tersebut. Kadang, selama pembelajaran, mereka tertawa melihat anak lain yang salah menjawab dan kikuk, kadang kami ketakutan dengan Guru karena selalu salah memarahi anak tersebut.
Tidak peduli seberapa besar marahnya Guru, Ia memberikan dan berharap yang terbaik bagi anak didiknya
Media pembelajaran yang digunakan saat itu adalah karton kecil dengan gambar dan tulisan dalam Bahasa Inggris atau semacam flashcard. Ia memiliki beberapa flashcard yang sudah jadi dan diletakkan dalam sebuah etalase. Tetapi, ia juga membuat sendiri flashcard yang tidak ia miliki dari sebuah karton putih. Gambar dan tulisannya sangat bagus. 

Ia menumpuk kartu tersebut dan mengambil kartu teratas dengan tangan kanannya ke atas searah bahu. Kemudian ia mengucapkan tulisan dalam kertas tersebut beberapa kali di depan kelas sementara anak-anak mengulanginya. Setelah itu, biasanya selalu diadakan kuis. Ia memilih kartu secara acak dari deck dan mengangkatnya sementara anak-anak harus mengucapkannya dalam Bahasa Inggris. Kemudian, ia mengulanginya dan memilih satu per satu anak untuk mengucapkannya dalam Bahasa Inggris.

Selain menggunakan media kartu, ia juga menggunakan media papan tulis atau whiteboard. Ia membuat semacam mind map untuk memetakan materi pelajaran atau kuis seperti mencocokkan kata Indonesia-Inggris dengan membuat garis di antara dua kolom. Anak-anak benar-benar dibuat belajar secara aktif. Tidak hanya membaca dan membaca dari buku.

Media selanjutnya adalah paper. Paper ini berisi materi pelajaran tertulis untuk anak-anak. Isinya campuran antara gambar dan tulisan. Ada kuis juga untuk latihan dan PR (pekerjaan rumah) untuk dikumpulkan di pertemuan selanjutnya. 

Kursus ini tidak berlangsung lama hanya bertahan beberapa waktu saja.

Singkat cerita, salah seorang anak didiknya mendapatkan nilai bagus dalam pelajaran Bahasa Inggris di sekolahnya saat Ujian Akhir. Selain itu, ia diberikan kesempatan oleh sekolah untuk memberikan sambutan di hadapan orang tua murid dengan menggunakan Bahasa Inggris. Ternyata, ia adalah murid terbaik waktu itu dan ia adalah saya. Bahkan ada seorang warga yang masih ingat dengan performa saya waktu itu; padahal saya sudah berkuliah.

Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada pengajar kursus Bahasa Inggris saat itu yang telah mengantarkan saya kepada Bahasa Inggris. Bagi sebagian orang, cerita seperti ini mungkin hanyalah cerita biasa saja. Tapi bagi saya, kenangan di balik cerita tersebut sangat berharga. Sebuah batu yang tidak memiliki kisah di baliknya bisa menjadi tidak berharga. Tetapi batu dengan sebuah kisah di belakangnya, bisa menjadi sebuah batu yang berharga.

Jadi, saya belajar Bahasa Inggris dari SD.

Ini Cerita Intinya?

Tentu saja, bukan. Kisah di atas untuk menjawab pertanyaan teman-teman kuliah yang bertanya, "Kamu belajar Bahasa Inggris dari kapan? Kok kamu bisa Bahasa Inggris?" (Padahal sebenarnya tidak)

Saya tidak mengikuti kursus Bahasa Inggris formal di sebuah Institusi bergensi, apalagi impor dengan prestasi segudang. Saya hanya anak SD yang belajar Bahasa Inggris di sebuah kursus sederhana di sebuah gudang.

Menyedihkan!

Memang. Mungkin kawan-kawan yang memiliki uang banyak bisa mengikuti kursus Bahasa Inggris di tempat bergensi anak buah kampus internasional. Tapi, saya, anak kampung yang berasal dari kelas bawah, merasa bahwa bisa makan saja sudah senang, apalagi mengikuti kursus bahasa asing yang merupakan makanan orang-orang kaya.

Baca artikel selanjutnya, ya! Episode terakhir. :)
Name

2016,2,Action,1,Adventure,1,Agama Kristen,1,Agama Yahudi,1,Ahok,2,Ajax,2,Android,1,Aplikasi,1,Art of War,1,Bahasa,1,Balai Bahasa,1,Beasiswa,4,Belanda,1,Biografi,1,Blindness,1,Blog,3,Brothers,1,Cards View,1,Catatan Hidup,1,Change.org,1,China,1,Comedy,1,Cover,1,CSS,2,Curhat,1,DataGrid,1,Demo Bela Islam I,1,Disaster,1,Disqus,1,Dokumentasi,8,Download,3,Drama,1,Drama Korea,3,Duolingo,1,EasyUI,1,Framework CSS,1,Game,3,GIT,1,Google AdSense,1,Groningen,1,Groningen University,1,HTML,2,Islam,2,jQuery,5,K-Film,3,K-Movie,4,Kata Mutiara,1,Kisah Hidup,1,Konfusius,1,Korean,4,KPOP,1,Kriptografi,1,Kuliah,1,Kungfu,1,Kungfu Style,1,Kustomisasi,1,Kutipan,1,LKS Jawa Barat 2011,1,LPDP,26,LPDP Batch 4 2016,11,LPDP Pinned,2,Material Design,2,Materialize,1,Motivasi,1,Movie,4,Mozilla Firefox,1,Muslim Cyber Army,1,MySQLi,1,NetBeans,1,Niagahoster,1,Object Oriented Programming,1,Opini,7,Paspor,1,Pendidikan,1,Pengalaman,26,Pengayaan Bahasa,4,Perang,1,Perbandingan Agama,3,Petisi Online,1,PHP,6,PowerDesigner,3,QR Code,1,Review,3,Sejarah,1,Simulation,1,Software,1,Source Code,1,Strategy,2,Studi Agama-agama,1,Sun Tzu,1,Suspense-Thriller,1,Themes24x7,1,Tips dan Trik,13,TOEFL,4,TOEFL ITP,4,Train,1,Troubleshooting,2,Tutorial,23,UPI Bandung,1,Video,2,Virus,1,W2UI,1,Walkband,1,Web Design,7,Web Programming,3,Yesus Kristus,2,Zakir Naik,1,Zhang Ziyi,1,Zombie,1,
ltr
item
Anan Bahrul Khoir: Belajar TOEFL Otodidak Demi Beasiswa LPDP: Kisah Sang Guru (Part 2)
Belajar TOEFL Otodidak Demi Beasiswa LPDP: Kisah Sang Guru (Part 2)
Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada pengajar kursus Bahasa Inggris saat itu yang telah mengantarkan saya kepada Bahasa Inggris. Bagi sebagian orang, cerita seperti ini mungkin hanyalah cerita biasa saja. Tapi bagi saya, kenangan di balik cerita tersebut sangat berharga. Sebuah batu yang tidak memiliki kisah di baliknya bisa menjadi tidak berharga. Tetapi batu dengan sebuah kisah di belakangnya, bisa menjadi sebuah batu yang berharga.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyavx_6fTREqKMUz-3e4IrELiWPKcYqE-w1oIZkaBVDz_d3i3yH0KLgEGUpkJGTNAwb4lS45im84D9df2O5QuS83CXsJcJnhfn_goFIYMGUue6tBz1wb1OAOtVi-mh9m5Pq4Ke02cA4G0/s640/english-acct.edu_.in_.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyavx_6fTREqKMUz-3e4IrELiWPKcYqE-w1oIZkaBVDz_d3i3yH0KLgEGUpkJGTNAwb4lS45im84D9df2O5QuS83CXsJcJnhfn_goFIYMGUue6tBz1wb1OAOtVi-mh9m5Pq4Ke02cA4G0/s72-c/english-acct.edu_.in_.png
Anan Bahrul Khoir
https://ananbahrulkhoir.blogspot.com/2016/12/belajar-toefl-otodidak-demi-beasiswa_12.html
https://ananbahrulkhoir.blogspot.com/
http://ananbahrulkhoir.blogspot.com/
http://ananbahrulkhoir.blogspot.com/2016/12/belajar-toefl-otodidak-demi-beasiswa_12.html
true
1987288760696967984
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy