Bagi saudara-saudara Kristiani atau non-Kristiani yang pernah mempelajari Agama Kristen, apa yang terlintas dalam pikiran saudara ketika mendengar Peristiwa 4 November 2016? Jika saudara sekalian pernah mempelajari sejarah Yesus, baik dari buku pelajaran atau Alkitab, maka kita akan menemukan "sedikit" kemiripan di dalamnya.
Bagi saudara-saudara Kristiani atau non-Kristiani yang pernah mempelajari Agama Kristen, apa yang terlintas dalam pikiran saudara ketika mendengar Peristiwa 4 November 2016? Jika saudara sekalian pernah mempelajari sejarah Yesus, baik dari buku pelajaran atau Alkitab, maka kita akan menemukan "sedikit" kemiripan di dalamnya.
- [message]
- ##check## Perhatian!
- Tulisan ini tidak bermaksud untuk menghina salah satu agama atau salah satu tokoh. Tulisan ini hanyalah opini saya sebagai alumni Jurusan Perbandingan Agama Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Jadi, saya menghubungkan dua kisah ini berdasarkan pengetahuan saya. Segala bentuk provokasi terhadap tulisan ini dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.
Saya memulai Kisah Penyaliban Yesus dari sikap Yesus di Yerusalem terhadap para ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Sementara Aksi 4 November 2016, saya mulai dari kunjungannya ke Pulau Seribu pada tanggal 27 September 2016.
[next]
[next]
Siapa itu Ahok?
Ahok, nama panggilan untuk Basuki Tjahaja Purnama, adalah Wakil Gubernur DKI Jakarta yang dipasangkan dengan Jokowi atau Joko Widodo sebagai Gubernur. Karena Jokowi naik pangkat menjadi Presiden Republik Indonesia, maka secara konstitusi, Wakil Gubernur naik menggantikan Gubernur saat itu, Jokowi (lihat pembahasan tersendiri mengenai pemindahjabatan ini di sini). Ia mulai resmi menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta pada bulan November 2014.
Dua Kisah yang Mirip tapi Berbeda
Kedua kisah ini mirip, tetapi berbeda; atau kedua kisah ini berbeda, tetapi mirip. Bagi beberapa pembaca mungkin menyimpulkan bahwa tulisan ini terlihat dipaksakan untuk dimirip-miripkan. Tapi bagaimanapun itu, ini adalah opini dalam kacamata saya.
Aksi 4 November 2016 bermula saat kunjungannya ke Pulau Seribu pada tanggal 27 September 2016. Saat mikrofon dalam genggamannya, maka ia mulai menyampaikan pesan-pesannya di hadapan warga Kepulauan Seribu. Untuk menghormati warga Kepulauan Seribu yang beragama Islam, Ahok menggunakan salam pembuka a la Islam, yaitu "assalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."
Pembicaraannya dimulai dengan curhat Ahok tentang Kepulauan Seribu kemudian dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan dari kedatangannya ke sana hingga sampailah pada pernyataan "kontroversial" yang dipermasalahakan sampai sekarang.
Bagi saudara-saudara yang belum menyaksikan video tersebut, berikut saya lampirkan video dari YouTube yang diunggah oleh viva.co.id (video ini dipotong pada bagian yang dianggap kontroversial namun tidak memotong apa yang Ahok katakan):
Ahok sebenarnya bersikap demokratis. Ia mempersilakan warga Kepulauan Seribu untuk memilih dirinya atau tidak dengan menyebutnya "hak bapak-ibu." Ahok mencatut al-Maidah ayat 51 karena ayat ini sering berkumandang keras saat Pemilu dan membuat orang-orang beragama Islam tidak dapat menggunakan hak pilihnya dengan bebas sesuai dengan asas Pemilu.
[next]
[next]
Muncul Orang Ketika: Buni Yani?
Dari perbincangan hangat antara Ahok dan warga Kepulauan Seribu, muncul sebuah nama Dosen Komunikasi, lulusan Amerika, yang mengajar di salah satu kampus hebat di Indonesia, yaitu Buni Yani. Ia adalah orang pertama yang menyebabkan kasus ini dimulai dan menjadi besar. Setelah dilakukan stalking pada akun Facebooknya, ternyata didapati Buni Yani sedang berfoto bersama Tim Sukses Anies Baswedan.
![]() |
Sumber: Jelas Berita |
Aksi 4 November 2016 Dimulai
Aksi 4 November atau Aksi Bela al-Qur'an atau Aksi Damai 4 November terjadi pada tanggal 4 November 2016 di Jakarta dengan jumlah demonstran berkisar 50.000 hingga 200.000. Aksi ini dilakukan untuk memprotes pernyataan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, yang dianggap telah menghina dan melecehkan al-Qur'an. Kecaman demi kecaman dilakukan oleh umat Islam terhadap Ahok muncul di berbagai sosial media, terlebih Facebook dan Twitter.
Pemerintah menyiagakan 7.000 personel kepolisian untuk mengamankan demonstrasi tersebut dan Warga Tionghoa di Jakarta khawatir jika aksi tersebut akan berakhir seperti Kerusuhan 1998.
Menjelang malam, para demonstran mendesak agar Presiden turun dan berhadapan langsung dengan mereka. Tentu saja hal ini tidak mungkin dilakukan oleh Presiden manapun: turun ke jalanan, kemudian bertatap muka dengan para demonstran yang menyuarakan "revolusi" sebagaimana yang dikatakan oleh Habib Rizieq Syihab.
Sekalipun dituduh telah melakukan penistaan terhadap al-Qur'an, Ahok sendiri menyatakan bahwa Ia tidak berniat melecehkan al-Qur'an. Yang saya tekankan di sini adalah:
"Berkenaan dengan itu, saya ingin menyampaikan pernyataan saya secara utuh melalui video yang merekam lengkap pernyataan saya tanpa dipotong. Saya tidak berniat melecehkan ayat suci Alquran, tetapi saya tidak suka mempolitisasi ayat-ayat suci, baik itu Al-Quran, Alkitab, maupun kitab lainnya," tegas Ahok. (news.detik.com)
Bagi saudara-saudara yang memiliki pemikiran terbuka dan berpengetahuan terbuka, pasti tahu bahwa banyak politisi yang mempolitisasi ayat dari suatu Kitab Suci. Sejarah telah mencatat bahwa agama dipolitisasi oleh beberapa orang dan melibatkan tokoh-tokoh agama penting lainnya.
[next]
[next]
MUI Memutuskan Ahok Terbukti Menghina al-Qur'an dan Ulama
Sebelum memasuki pembahasan ini, saya ingin membahas sedikit tentang MUI atau Majelis Ulama Indonesia.
Majelis Ulama Indonesia (disingkat menjadi MUI) adalah lembaga yang mewadahi ulama, zu'ama, dan cendikiawan Islam di Indonesia untuk membimbing, membina dan mengayomi masyarakat kaum Muslimin di seluruh Indonesia. MUI didirikan pada tanggal 17 Rajab 1395 H atau bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975 di Jakarta, Indonesia.
Ada 5 (lima) fungsi dan peran utama MUI, yaitu:
- Sebagai pewaris tugas-tugas para Nabi
- Sebagai pemberi fatwa
- Sebagai pembimbing dan pelayan umat
- Sebagai gerakan Islah wa al-Tajdid
- Sebagai penegak amar ma'ruf nahi munkar
Pada tanggal 11 Oktober 2016, MUI mengeluarkan surat Pernyataan Sikap Keagamaan terhadap Ahok bahwa yang bersangkutan telah menghina al-Qur'an dan atau menghina ulama yang memiliki konsekuensi hukum (islamedia.id).
"Bunuh Ahok!"
Judul pembuka untuk bagian ini terdengar berbahaya. Namun inilah kenyataannya. Jika kita mengikuti perkembangan Aksi Damai tersebut atau, seperti saya, membaca artikel online di internet dari beberapa media mainstream. Dalam beberapa video, terdengar ungkapan-ungkapan yang mengancam kepada Kepolisian dan Ahok sendiri yang isinya akan membunuh Ahok (tempo.com) atau menghadiahi 1 milyar bagi siapa saja yang bisa memenggal kepala Ahok.
Berikut video sayembara untuk kepala Ahok:
Apa Kabar Bom Samarinda?
Dilansir dari wikipedia, Bom Samarinda adalah peristiwa meledaknya bom jenis molotov di depan sebuah tempat ibadah di Samarinda, Kalimantan Timur. Tempat ibadah tersebut adalah Gereja Oikumene yang berlokasi di Jalan Cipto Mangunkusumo, Kelurahan Sangkotek, Kecamatan Loa Janan Ilir. Bom tersebut meledak pada pukul 10.10 waktu setempat dan mengakibatkan empat orang anak mengalami luka bakar di sekujur tubuh mereka. Salah seorang korban berusia 2,5 tahun meninggal dunia di rumah sakit keesokan harinya.
Aksi bom bunuh diri tersebut dilakukan oleh seorang mantan narapidana Bom Buku 2011 lalu di Tangerang Selatan. Pelaku berasal dari Kuningan namun ber-KTP Bogor, Jawa Barat. Setelah bebas bersyarat dari Lapas Kelas I Tangerang pada tahun 2014 kemarin, ia pergi ke Parepare, Sulawesi Selatan, sebelum akhirnya pindah ke Kalimantan Timur atas ajakan AP, sesama pelaku teror yang menghuni Lapas Tangerang. Selama di Samarinda, ia bergabung dengan sebuah ormas Islam yang didirikan oleh Abu Bakar Ba'asyir, Jamaah Ansharut Tauhid.
Berikut adalah video korban Bom Samarinda (detik.com):
Berbagai reaksi muncul dan berbeda. Beda MUI, beda juga PBNU. Beda MUI, beda juga PGI. Banyak yang mendukung Aksi Damai kemarin menganggap bahwa Bom Samarinda hanyalah pengalihan isu, baik disampaikan oleh umat maupun tokoh agama sekalipun (detik.com).
[next]
[next]
"Penjarakan Ahok!"
Jujur saja, posisi saya dalam kasus ini adalah netral. Saya tidak mendukung gerakan Aksi Damai dan juga tidak mendukung Ahok. Saya hanya menyampaikan idealisme saya dalam bentuk opini di blog ini. Politisasi Agama atau politisasi Ayat-ayat Kitab Suci memang sering dilakukan oleh beberapa politisi maupun tokoh agama tertentu, baik untuk tujuan baik maupun hanya untuk mendapatkan kursi yang diinginkan.
Demonstrasi 4 November kemarin, meminta agar Ahok segera diproses secara hukum. Tetapi kemudian berubah, setelah proses yang alot akhirnya Ahok ditetapkan sebagai tersangka, menjadi "penjarakan Ahok!" Walaupun Kejaksaan belum memutuskan: apakah Ahok bersalah melakukan penistaan agama atau tidak.
Orang-orang yang merasa agamanya dihina menuntut Presiden kembali untuk menetapkan Ahok sebagai tersangka. Padahal, menetapkan tersangka bukanlah kewenangan Presiden yang berada pada wilayah eksekutif (antaranews.com).
Bersambung...
Kisah ini masih bersambung hingga Calon Gubernur nomor urut 2 (dua) ini mundur dari daftar calon. Pemerintah masih mencari motif yang sesungguhnya dari Aksi Damai tersebut karena bagaimanapun juga kasus ini sudah diproses secara hukum sesuai dengan keinginan para demonstran.
Sebagai warga Negara yang baik, sebaiknya percayakan saja pada pihak yang berwenang untuk melakukan pekerjaannya dan membuang jauh-jauh semua prasangka buruk sebagaimana yang diajarkan dalam Kitab Suci Agama masing-masing.
Bagaimana dengan Yesus? Apa Hubungannya?
- Yesus mengkritik para ahli Taurat dan orang Farisi yang menggunakan Taurat, Kitab Suci umat Yahudi, untuk beberapa alasan, seperti: ingin dihormati, ingin dimuliakan, ingin menunjukkan jabatan keagamaan yang dipegang, munafik, dan lain-lain. Hal inilah yang membuat Yesus mengkritik sikap para ahli Taurat dan orang Farisi. Yesus membongkar segala tabiat buruk mereka yang angkuh, suka menghakimi, sikap menganggap diri penting, dan sebagainya.
- Dalam waktu 3 tahun, Yesus menjadi populer di lingkungan Yahudi mengalahkan para ahli Taurat dan orang Farisi. Hal ini mengakibatkan iri hati di dalam dada orang-orang yang tahu agama, yaitu ahli Taurat dan orang Farisi
- Ahli Taurat dan orang Farisi berencana untuk membunuh Yesus dengan tuduhan mengubah ajaran Yahudi
- Yesus dituduh melakukan pelanggaran agama dan dinyatakan bersalah oleh Mahmakah Agama dan diganjar dengan hukuman mati. Namun sayang, Mahkamah Agama tidak berhak melakukan eksekusi hukuman mati karena berada di bawah Pemerintahan Romawi. Oleh sebab itu, Mahkamah Agama melimpahkan kasus tersebut kepada Pengadilan Romawi.
- Di depan Gubernur Roma, Pontius Pilatus, Yesus dituduh melakukan pelanggaran politik. Namun, Pilatus tidak menemukan kesalahan pada Yesus. Akhirnya ia melimpahkan kasus tersebut kepada Raja Herodes dari Galilea karena Yesus adalah orang Galilea. Herodes juga tidak menemukan kesalahan pada Yesus dan melimpahkan kembali kasus tersebut kepada Pilatus. Benar-benar alot, bukan?
- Ketika orang-orang Yahudi harus memilih antara Barabas dan Yesus, mereka lebih memilih Barabas, seorang yang melakukan pemberontakan dan pembunuhan
- Para ahli Taurat, orang Farisi dan umat Yahudi lainnya berdemonstrasi di hadapan Pilatus sambil berteriak, "Salibkan Dia! Salibkan Dia! Salibkan Dia!"
Apa Hubungannya Orang Farisi dan Orang Saduki?
Dikutip dari stemi.id:Kelompok Farisi adalah sebuah aliran yang mau mempertahankan hidup suci dan menghindarkan diri dari tercemar budaya kafir di Israel. Mereka adalah golongan Hasidim yang begitu giat bagi Tuhan dan tanpa kompromi menjalankan perintah Tuhan. Mereka memisahkan diri dari orang-orang Israel lain yang sudah mengkompromikan iman mereka pada zaman dinasti Hasmoneam (keturunan dari keluarga Makabeus) memerintah Israel
Sementara orang-orang Saduki memiliki hubungan yang dekat dengan pemerintah dan kita tahu kelompok mana yang dekat dengan pemerintah dalam konteks Indonesia.
Bagi kawan-kawan Kristiani mungkin tahu hubungan poin-poin di atas dengan kisah yang saya uraikan sebelumnya. Jika memiliki pendapat yang sama, apresiasi. Namun jika tidak sama, gunakanlah bahasa santun yang diajarkan oleh agama.
[next]
[next]
Kesimpulan
Dari sekian banyaknya ajaran agama, saya percaya bahwa kasih dan moral tidak dilupakan oleh Tuhan untuk disampaikan kepada ciptaan-Nya. Namun, kita melihat bahwa aksi-aksi anarkis dan vandal atas nama agama telah mewarnai media-media elektronik dan cetak di Negara tercinta ini. Bahkan membunuh atas nama agama atau atas nama Tuhan itu seolah motivasi tersendiri bagi umat tersebut untuk melakukan aksi-aksi anarkis dan vandal.
Indonesia adalah negara hukum. Kita memiliki konstitusi sendiri dan ideologi sendiri. Sudah sebaiknya jika kita mempercayakan sepenuhnya "dugaan penistaan agama" yang dilakukan oleh Ahok kepada pihak yang berwenang: Kepolisian dan Kejaksaan. Adapun hasilnya dinyatakan bersalah atau tidak, Kejaksaan yang akan membuktikannya. Kita harus menerima hasilnya dengan legowo dan lapang dada.
Lagi, artikel ini adalah opini saya yang melihat ada kemiripan antara Aksi 4 November 2016 dengan Kisah Penyaliban Yesus. Mohon maaf jika ada kesalahan penyebutan nama atau istilah atau kekeliruan lainnya. Saya akan memperbaikinya untuk menjadi artikel yang layak diterbitkan. Terima kasih. Jazakallahukhaira.
Wallahua'lam bisshawwaab
COMMENTS