Ada kemiripan antara Strategi Perang Sun Tzu, Kepolisian dan Muslim Cyber Army. Kepolisian tampaknya menggunakan beberapa strategi dalam Seni Berperangnya Sun Tzu. Apa saja itu?
Tulisan kali ini, saya ingin mencoba membahas tentang beberapa strategi perang Sun Tzu di dalam bukunya yang berjudul Art of War atau Seni Berperang dan kelompok Muslim Cyber Army.
Kenapa harus Muslim Cyber Army?
Jawaban dari pertanyaan ini adalah karena Muslim Cyber Army (MCA) sedang menjadi trending topic di Indonesia sehingga sangat faktual kalau dibahas. Terlebih, Polisi menangkan beberapa anggota MCA yang menyebarkan berita hoax atau bohong atau palsu atau fitnah.
Sun Tzu, Sang Jenderal dari China yang ahli berperang
Sun Tzu adalah seorang jenderal perang, ahli strategi militer, dan filsuf dari China. Nama aslinya adalah Sun Wu tetapi dikenal dengan nama Changqing. Istilah "Sun Tzu" sendiri merupakan sebuah gelar kehormatan yang diartikan dengan "Master Sun."
Sun Tzu menulis sebuah buku fenomenal dan masih layak untuk digunakan di masa sekarang yang berjudul Art of War atau Seni Berperang. Isinya adalah strategi-strategi militer yang mempengaruhi filsafat Barat dan Timur khususnya dalam peperangan.
Selain digunakan dalam strategi militer dan peperangan, buku ini ternyata digunakan juga dalam bidang budaya, politik, sosial, bisnis dan olahraga. Saya sendiri pernah melihat beberapa buku yang menggunakan strategi-strategi Sun Tzu dalam dunia bisnis di Gramedia Bandung. Tepat siang tadi saya ke sana. Hahaha.
Jadi, bagaimana "hubungan" strategi perang Sun Tzu dengan Muslim Cyber Army?
Saya perlu garisbawahi bahwa pada artikel ini, saya tidak akan menulis semua strategi perang Sun Tzu karena tidak semuanya berhubungan dengan Muslim Cyber Army dan Kepolisian. Oleh karena itu, saya hanya akan mengambil beberapa strategi saja dan menafsirkannya sesuai dengan kemampuan akal saya.
Indonesia sedang dalam keadaan darurat karena berita hoax yang dibuat oleh kelompok tertentu
Akhir tahun 2017, Kepolisian berhasil meringkus beberapa atau mungkin semua anggota Saracen yang merupakan sindikat kelompok pelaku kejahatan siber bayaran dengan memanfaatkan media sosial. Kepolisian menyatakan bahwa lebih dari 800.000 akun yang digunakan oleh Saracen untuk melancarkan aksinya. Kritikannya banyak ditujukan kepada Presiden Jokowi.
Sindikat ini bertujuan untuk menyebarkan konten penuh kebencian dengan alasan ekonomi. Jasa mereka per paket dibayar sekitar 72 juta meliputi 15 juta untuk pembuatan website, 45 juta untuk membayar buzzer per bulan, dan 10 juta untuk anggaran pribadi. So, jika ingin cepat menjadi orang kaya, jadilah pengikut aliran Saracen ini! :)
Ketika Saracen dipreteli oleh Kepolisian tetapi tidak semuanya ditangkap, maka beberapa orang yang masih bergelut di dunia penyebar hoax membuat komunitas baru. Saya tidak tahu apakah ada kemungkinan bahwa anggota-anggota Saracen dulu bergabung membentuk kelompok atau bergabung dengan MCA. Yang pasti, nasib MCA sama seperti Saracen kemarin. :')
Ngalor-ngidul
Iya juga sih. Kok tulisannya jadi ngalor ngidul gini, ya? Tapi aku harus membuat pembelaan. Skripsi saja pembahasannya di Bab III. Bab I berisi latar belakang dan Bab II berisi landasan teoritis.
Kembali ke Laptop
Nah, mari kita kembali ke judul yang saya usung: Antara Strategi Perang Sun Tzu, Kepolisian dan Muslim Cyber Army.
Berikut adalah strategi-strategi perang Sun Tzu yang berkaitan dengan Kepolisian dan Muslim Cyber Army:
Bab III Siasat 13: Menggebah rumput untuk mengagetkan ular
打草驚蛇 (da cao jing she) yang berarti menggebah rumput untuk mengagetkan/menakuti ular.
Ada banyak ular yang bersembunyi di dalam rerumputan. Tetapi, orang-orang tidak dapat melihat dengan jelas ular-ular tersebut. Lalu, mereka menggebah rumput dan keluarlah ular-ular yang bersembunyi di sana.
Kepolisian menangkap anggota-anggota MCA penyebar berita hoax dan ujaran kebencian. Maka, ular yang berada di belakang MCA akan keluar dengan sendirinya. Entah ada hubungannya atau tidak, tapi perlu ditelusuri lebih jauh lagi "ular-ular" ini.
Bab III Siasat 15: Memancing harimau turun gunung
调虎离山 (dia hu li shan) yang berarti memancing harimau turun gunung.
Ketika Kepolisian menangkap anggota-anggota MCA, saya rasa pasti mereka tahu siapa saja tokoh elit yang memiliki hubungan dengan MCA. Hanya saja, Kepolisian ingin memancing harimau turun gunung sendiri namun yang didapati malah banyak ular. Siapakah harimau itu? Apakah petinggi partai tertentu? Jika bukan, lalu siapa? Jangan dijawab karena belum ada jawabannya. Hahaha.
Bab III Siasat 16: Menangkap musuh dengan melepaskannya dari kail
欲擒故縱 (yu qin gu zhong) yang berarti menangkap musuh dengan melepaskannya dari kail atau membebaskan musuh untuk menangkapnya kembali.
Siasat ini berarti bahwa untuk menangkap sesuatu, harus ada yang dikorbankan. Dalam hal ini, reputasi Presiden Jokowi dikorbankan agar para penentangnya keluar ke permukaan. Saracen dan MCA hadir mengajak masyarakat Indonesia untuk menyerang Pemerintahan khususnya Presiden Jokowi. Sementara Polisi dengan menjalankan siasat selanjutnya, yaitu:
Bab II Siasat 9: Mengamati kebakaran dari seberang sungai
隔岸观火 (ge an guan huo) yang berarti mengamati kebakaran dari seberang sungai.
Bab II ini berbicara tentang melancarkan konfrontasi atau strategi kesempatan. Ada fabel dari China yang berkisah antara seekor tiram dan seekor burung bangau. Saat si tiram membuka cangkangnya, burung bangau datang hendak memakan daging si tiram. Tiram kemudian tiba-tiba menutup cangkangnya sehingga paruh si bangau terjepit. Keduanya tidak mau mengalah. Lalu datanglah seorang nelayan mendekati dan menangkap mereka.
Kepolisian mengorbankan reputasi Presiden Jokowi yang menjadi sasaran tembak Saracen dan MCA. Polisi mengamati kebakaran dari seberang sungai dan saat Saracen atau MCA tampak kelihatan di permukaan aksinya, datangi dan tangkap. Yang berbeda adalah, Presiden Jokowi hanya menjadi umpan saja.
Bab III Siasat 18: Menghancurkan gerombolan penjahat dengan menangkap pemimpinnya
Qin Zei Qin Wang berarti menghancurkan gerombolan penjahat dengna menangkap pemimpinnya atau menangkap pemimpin gerombolan untuk menyergap kawanan bandit.
Bab ini seperti sudah dikatakan berisi strategi menyerang. Saat terjadi Demo Bela Islam yang dipimpin oleh seseorang, Kepolisian berhasil membidik pimpinannya yang sekarang kabur ke Padang Pasir dan belum pulang. Tetapi ternyata, langkah ini berhasil membuat jemaatnya yang di Indonesia menjadi tidak over aktif seperti saat pimpinannya masih di Indonesia. Potensi kerusuhan massa berhasil dikurangi oleh Kepolisian.
Bab IV Siasat 19: Mencuri kayu bakar dari bawah periuk
Fu Di Chou Xin berarti mencuri kayu bakar dari bawah periuk atau menarik kayu bakar keluar dari bawah periuk.
Maksudnya adalah api yang menyala pada kayu bakar tersebut membuat air dalam periuk mendidih. Agar air tidak mendidih, maka kayu bakar di bawah periuk ditarik lalu kemudian air berhenti mendidih. Selain itu, ada pepatah China yang mengatakan: untuk membasmi rumput liar, cabut akarnya; untuk membuat periuk berhenti mendidih, singkiran bahan bakarnya.
Saat pimpinan kabur ke Padang Pasir dan belum kembali ke Indonesia, beberapa anggota yang bersembunyi di balik MCA melancarkan serangannya seperti Saracen dulu. Caranya masih lama, yaitu dengan menyebarkan berita hoax salah satunya adalah berita hoax penculikan ulama. Berita ini terus digulirkan oleh MCA hingga menjadi trending topic dan siasat 19 ini digunakan oleh Kepolisian untuk membuat situasi kembali kondusif yang dengan car menyingkirkan kayu bakar dari bawah periuk atau dengan menangkap anggota-anggota MCA.
Penutup
Bagaimana opini saya? Berhubungan gak sih atau masih ada yang kurang nyambung? Mohon koreksinya dong sekalian sharing pengetahuan. Hehehe.
COMMENTS